Kecewa, ketika pengorbananmu tak dihargai; ini normal terjadi. Tetapi, larut terus-menerus dalam kecewa inilah yang diluar kenormalan. Membiarkan kecewa dalam dirimu betah bersemayam, akan menjadikan rasa dendam semakin besar.
Saat kamu bersedih dan kecewa pasti memicu ratapan kata-kata. Kamu meratap karena dibuai kimia “cinta”. Ilusi dalam dirimu sedang terjadi.
Kamu berharap kecewa itu tidak mengisi hatimu. Kamu merasakan penyesalan dan kekecewaan atas perlakuan seseorang, setelah indahnya harapan yang tak sesuai dengan kenyataan. Kamu merasa diri dihancurkan. Kamu merasakan perihnya hati. Bahkan dirimu masih mencoba bertahan meski diterjang kepedihan.
Tetapi mungkinkah itu terus bertahan? Jika kenyataan memang sudah tak seirama dengan harapanmu sendiri, janganlah menggantungkan harapan padanya, tetapi gantungkanlah pada Allah. Sudah saatnya kamu bangkit meninggalkan perasaan semu yang menipu. Berpikir bening dalam hening suasana.
Itu yang kamu butuhkan sekarang ini. Dan coba bertanya pada dirimu sendiri, benarkah semuanya ini akan terjadi selamanya? Oh tentu saja tidak. Itu hanya sebuah babak perjalanan hidupmu yang masih panjang. Kamu sedang dituntun perlahan menuju jalan hidup yang makin matang.
Titik-titik kisar perjalanan hidupmu adalah batu pijakan penguat diri. Itulah susunan bangunan yang akan mengokohkan kedewasaanmu.
Kesedihan kamu itu sesuatu yang biasa. Sudah begitu alurnya hidup. Kita orang yang beriman selalu dihadapkan pada kerikil-kerikil ujian kehidupan. Itu bukan berarti kamu dalam kemalangan. Tidak, itu cara Tuhan untuk membuatmu tangguh.
Berdoalah seperti ini, “Allahumma ini auzubika minal hammi wal hazani wal’ajzi wal kasali wal bukhli wal jubni wa dhola'iddaini wa gholabati.” Ya Allah, Aku berlindung kepadamu dari sifat gelisah, sedih, lemah, malas, kikir, pengecut, terlilit hutang dan dari kekuasaan (HR Bukhari).
Demikian doa bila menghadapi rasa gelisah dan kesedihan serta persoalan lain yang tidak mengenakan hati. Kamu pasti inginnya selalu senang, bahagia, dan ceria. Tetapi kesedihan adalah keniscayaan dalam hidup.
Karena itu kesedihan harus dihadapi yaitu dengan dimintakan perlindungan dari akibat buruk yang ditimbulkannya. Tetapi kamu haruslah berlindung diri kepada Tuhan supaya memperoleh kekuatan untuk mengatasinya.
Sebab kesedihan yang berlarut-larut bisa merusak badan. Setelah mengganggu pikiran dan merusak kenikmatan tidur dan makan, kesedihan bisa membuat menurunnya daya tahan tubuh.
Duh, mengerikan bukan? Tuhan menyatakan, “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak bersedih hati, yaitu mereka orang-orang yang beriman dan mereka senantiasa bertakwa.” (QS. Yunus [10]: 62-63).
Jadi bila penyebab kesedihanmu hanya soal urusan dimusuhin sahabat, jangan terlalu larut dalam rasa sedih. Sebab ada yang lebih layak kamu sedihkan.
Apa itu? Jika dirimu mengalami kemerosotan iman, kekalutan kepercayaan pada Allah dan membangkang perintah serta larangan Allah.