Ibadah yang kita lakukan merupakan bukti ketaatan kita pada Allah Swt. Penghambaan kita kepada Allah, direpresentasikan dalam wujud ibadah, sebagai wujud tanggung jawab terhadap kehidupan yang dianugrahkan-Nya.
Kita tentu tidak mau hidup tanpa menjalankan ibadah. Padahal, kita diciptakan Allah hanya untuk beribadah dan kesempurnaan ibadah yang akan mengantarkan kita menuju kebahagiaan abadi di akirat kelak.
Sangat disayangkan, bukan? Ingat, bahwa setiap aspek dalam hidup kita senantiasa menjadi ibadah. Ibadah itu bukan sekadar shalat 5 waktu, Bukan pula sekadar berpuasa di bulan Ramadhan, berzakat, dan menunaikan ibadah haji saja. Bukan juga hanya ibadah-ibadah sunah yang telah disyariatkan Rasul Saw.
Makna ibadah jauh lebih luas daripada itu. Semua yang kita lakukan dalam hidup harus bernilai ibadah. Ibadah yaitu menghambakan diri kepada Allah; menyadari bahwa kita hanya makhluk-Nya, ciptaan-Nya, bagian kecil dari alam semesta. Kita bertanggung jawab pada pinjaman hidup yang diberikan Allah dengan ibadah sebagai bukti syukur dan cinta kita kepada-Nya.
Mari kita tengok ke belakang sejarah penciptaan manusia. Awalnya, para malaikat dalam kerajaan Allah merasa iri dengan rencana-Nya menciptakan manusia. Tanpa mengabaikan ketaatannya, para malaikat bertanya,
“Tidakah cukup dengan pengabdian yang telah dilakukan selama ini, dengan bertasbih pada-Mu? Bukankah hanya akan membuat kerusakaan dan pertumpahan darah?”
Namun, Allah membantah protes malaikat dengan firman-Nya, ”Aku lebih tahu apa yang kalian tidak tahu.”
Itu artinya, Allah sudah punya rencana karena Allah yang mengendalikan kehidupan ini. Setelah mendengar jawaban tersebut, para malaikat berdiam diri dan senantiasa terus mengikuti perintah Allah. Maka, saat manusia tercipta, yaitu Adam, para malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada Adam sebagai bentuk penghormatan.
Para malaikat pun taat kepada Allah. Hanya Iblis, makluk Allah pada saat itu yang membangkang perintah-Nya. Iblis enggan bersujud karena kesombongannya. Ia merasa lebih mulia daripada manusia karena diciptakan dari sesuatu yang lebih mulia.
Setelah, Adam dan istrinya, Hawa, diperintahkan untuk turun ke muka bumi karena melanggar larangan Allah, yakni mendekati, bahkan memakan buah terlarang di surga, menyebabkan bumi menjadi tempat tinggal manusia hingga hari akhir.
Kisah turunnya manusia ke muka bumi dengan begitu indah diceritakan di dalam Al-Quran, “Turunlah kalian! Sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Bagi kamu ada tempat kediaman di bumi sampai waktu yang ditentukan” (QS. Al-Baqarah [2]:36, QS Al-A’raf [7]: 24).
Allah menurunkan Adam dan Hawa dari surga. Sejak saat itulah, manusia tinggal di bumi. Saat itu, iblis pun turut serta ke bumi dan menjadi musuh manusia. Iblis sudah bersumpah akan terus menyesatkan anak-cucu Adam.
Dialog Allah dengan para malaikat menunjukkan fungsi manusia sebagai khalifah. Meskipun awalnya ditentang para malaikat karena mereka merasa ketaatannya sudah cukup, tetapi rencana Allah tidak bisa diubah.