Setiap manusia mesti memiliki masalah. baik dalam kehidupan pribadi dengan keluarga, sahabat atau kerabat. Permasalahan ini tidak bisa dihindari. Setelah satu masalah selesai akan datang masalah yang lain. Bahkan ada umat yang mendapat masalah bertumpuk. Belum selesai satu masalah, datang masalah yang lain. Masalah datang bertubi-tubi seakan enggan meninggalkannya.
Masalah mendewasakan kita. Sebab, dari satu masalah yang datang maka akan didapat cara menyelesaikannya. Datang masalah yang lain, maka penyelesaiannya pun berbeda. Sehingga, di masa mendatang bila dihadapkan pada masalah yang sama, maka akan mudah menyelesaikannya. Pun bisa berbagi dengan orang lain yang memiliki masalah yang lain.
Kedewasaan lahir ketika kita bisa bersikap sabar dalam menghadapi masalah. Ia bersabar hingga bisa berpikir jernih. Tidak terbawa hawa nafsu. Masalah yang dibawa dengan hawa nafsu hanya akan memperparah keadaan. Masalah yang sejatinya kecil dan bisa diselesaikan dengan cara sederhana bila terbawa emosi maka akan bertambah besar dan bertambah rumit.
Allah Bantu Selesaikan Masalah
Apapun masalahnya, seorang mukmin mesti menyelesaikan masalah dengan bantuan Allah Swt. Bisa saja masalah itu memang diturunkan Allah kepada hambaNya. Masalah itu bisa sebagai bahan ujian atau bisa juga sebagai azab. Ujian untuk meningkatkan keimanan. Bila ada manusia yang diuji berarti dia akan naik kelas. Hanya kadang orang tidak sadar bahwa dia sedang diuji untuk naik kelas. Hingga ketika mendapat ujian ia menyerah.
Bisa juga manusia mendapat masalah karena azab. Azab atas dosa yang dilakukan ada yang diturunkan di dunia seketika, ada yang ditunda kemudian hari dan ada juga yang diberikan di akhirat kelak. Bisa saja masalah yang datang itu merupakan azab atas dosa yang telah dilakukan beberapa waktu sebelumnya.
Tidak jarang di era modern seperti sekarang ini, manusia dalam menghadapi masalah berusaha mencari jawaban ke pada sesama makhluk. Makhluk yang dipercayainya bisa menyelesaikan masalah dalam waktu singkat. Tidak sedikit manusia yang lebih memilih mencari jalan keluar masalahnya kepada makhluk ghaib. Dengan sesaji yang diberikan ia yakin makhluk ghaib itu bisa menyelesaikan segala permasalahannya. Padahal makhluk ghaib itu sama saja derajatnya dengan manusia.
Kemampuan manusia yang tak mampu melintas ruang dan waktu dengan cepat menjadikan ia berpaling kepada makhluk ghaib. Lebih jauhnya, ia menjadikan makhluk itu sebagai tempatnya bergantung dan memohon pertolongan. Ia telah mempercayai adanya kekuatan lain yang dahsyat selain Allah Swt. Padahal, hanya Allah Swt yang Maha Kuasa, tempat bergantung dan memohon pertolongan. Hanya kepada Allah manusia menyembah.
Perbuatan Syirik di era Modern
Perbuatan syirik di era modern seperti sekarang merupakan sebuah fenomena aneh tapi nyata. Aneh karena di era serba rasional ini masih saja ada manusia yang lari ke irrasional seperti makhluk ghaib. Nyata, karena memang terjadi. Tempat-tempat pemujaan kepada makhluk ghaib masih saja banyak didatangi. Mereka yang datang dari masyarakat berpendidikan rendah hingga pejabat tinggi Negara. Semuanya mengadukan ingin terbebas dari masalah dan mencapai apa yang diinginkannya.
Secara tidak disadari, perbuatan syirik banyak dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Menuhankan uang, pekerjaan, atasan, hingga istri, suami atau anak merupakan salah satu bentuk dari syirik tapi masih kecil. Setidaknya derajatnya kecil. Tetapi bila terus menerus itu dilakukan dan tidak menyadari bahwa semua itu adalah makhluk Allah yang tidak mesti diyakini sebagai sesuatu yang dahsyat dan menyelesaikan segala permasalahan di dunia ini maka bisa saja ia terjerumus ke lembah kemusyrikan yang lebih dalam.
Alangkah baiknya kita menyadari sedini mungkin bila ada dalam hati setitik keyakinan adanya yang mahakuasa selain Allah swt. Lebih baik menyadari sesegra mungkin daripada terlambat tersadar setelah berada jauh dalam kesesatan. Segera sadari dan tinggalkan lalu bertaubatlah. Bertaubat dengan taubatan nasuha.