Dia merupakan sosok sahabat yang memiliki kualitas keimanan yang mantap, keren, dan tinggi. Kisah hidupnya berliku-liku untuk sampai bertemu dengan Rasulullah Saw., lalu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Pemuda itu berasal dari negeri Persia, bangsa yang terkenal sebagai penyembah dewa api. Agama Majusi demikian dikenal luas di masyarakat Persia dahulu kala.
Siapakah Dia? Dialah Salman Al-Farisi.
Salman merupakan pemuda yang taat pada orangtuanya dan kuat dalam menjalankan keyakinan agama. Minatnya pada persoalan agama demikian kuat, sehingga dia mau berkhidmat selama bertahun-tahun sebagai orang yang suka menyalakan api dalam tradisi agama Majusi.
Suatu hari, dia bertemu dengan seorang asing yang berkeyakinan lain dengan dirinya. Setelah berdialog dengannya, Salman merasa tertarik dan ingin sekali mengikuti keyakinan baru itu. Salman akhirnya pamit pada orangtuanya demi mengikuti keyakinan agama barunya, Nasrani.
Kemudian, dia berangkat ke negeri tempat seorang alim dalam agama Nasrani. Dia berkhidmat kepada sang pendeta itu. Hingga kemudian, pendeta itu semakin tua dan merasa telah mendekati ajalnya.
Ketika kematian dirasa semakin mendekat, sang pendeta menyarankan Salman untuk pergi mengunjungi orang alim di kota lain. Salman pun mengikuti petunjuk pendeta tua itu.
Di kota baru, Salman kembali berkhidmat kepada pendeta yang baru ditemuinya. Begitu seterusnya yang dilakukan Salman. Sampai, pendeta terakhir yang Salman temui pun semakin tua dan merasa telah mendekati ajal.
Sang pendeta itu menyarankan Salman untuk pergi ke sebuah kota di negeri Syam untuk menemui pendeta lainnya. Tanpa merasa lelah, dia berangkat untuk menemui pendeta sesuai saran pendeta sebelumnya. Disana, dia pun berkhidmat pendeta dalam waktu yang lama.
Hingga suatu hari, Salman mendengar pendeta tua itu rupanya sudah merasa dekat dengan ajalnya dan menyarankan Salman untuk pergi ke negeri selatan. Katanya, di sana, Salman harus menemukan negeri yang banyak ditumbuhi pohon kurma.
Nah, di sanalah kelak Salman akan menemui seorang utusan Tuhan yang akan menunjukkannya pada jalan kebenaran.
Akhirnya, Salman bertanya kepada kafilah yang akan berangkat ke negeri selatan. Dia menyatakan ingin ikut rombongan ke negeri selatan, yakni tanah Arab. Salman pun dijanjikan untuk dibawa rombongan tersebut. Sialnya, ternyata Salman dijual oleh rombongan itu kepada kafilah lain yang berangkat.
Salman menjadi budak dari kafilah yang ternyata adalah orang Yahudi yang kembali ke negeri Yatsrib. Di negeri Yatsrib, atau Madinah, Salman menjadi budak dari orang Yahudi di Yatsrib, sebuah negeri yang banyak terdapat pohon kurma.
Di tengah perbudakannya, Salman pun berharap di negeri itu dia dapat bertemu dengan utusan Tuhan yang dijanjikan. Karenanya, suatu hari ketika dia memanjat pohon kurma, tiba-tiba terdengar majikannya sedang berbincang-bincang dengan temannya.
Mereka membincangkan bahwa akan ada sebuah rombongan utusan Tuhan yang berhijrah ke Yatsrib. Perbincangan mereka itu mengejutkan Salman, sampai-sampai dia turun dari pohon dan menanyakan berita itu.
Tentu saja dia dimarahi majikannya, “Apa urusanmu ingin mengetahui mereka?”
Akhirnya, Salman mencari-cari berita kapan rombongan utusan Tuhan itu akan datang. Sampai suatu hari, Salman menemukan rombongan Rasulullah Saw dan para sahabat lainnya.
Salman mendekatinya dan menyodorkan makanan sambil berkata, “Saya memberikan sedekah ini untuk Tuan.”
Rasulullah pun menerimanya, tetapi kemudian memberikannya kepada sahabatnya dan tidak memakannya.
“Inilah tanda pertama kenabian itu,” pikir Salman.
Beberapa hari kemudian, Salman kembali menemui Rasul dan para sahabat sambil menyodorkan makanan, “Ini hadiah untukmu, Tuan.”
Rasul pun menerima dan memakannya bersama-sama para sahabat. “Nah, inilah tanda kedua kenabian itu,” pikir Salman kemudian.
Akan tetapi, dia masih belum yakin bahwa orang tersebut adalah utusan Tuhan. Setelah itu, Salman mendapatkan lagi kesempatan bertemu Rasul dan para sahabat.
Pada kesempatan itu, pakaian beliau tersingkap dan Salman berharap bisa melihat tanda cincin kenabian di bahunya. Dan ... seperti sudah mengetahuinya, Rasulullah Saw. seolah sengaja mengangkat bajunya sehingga tampaklah tanda kenabian itu.
Maka, Salman pun mendekati dan merangkul Rasulullah Saw. sambil menangis. Para sahabat merasa heran dan khawatir terjadi sesuatu pada diri Rasul Saw. Salman pun kemudian menceritakan perjalanan hidupnya dan menyatakan dirinya beriman kepada Rasul.
Begitulah perjalanan spiritual yang dialami Salman Al-Farisi. Tidaklah mudah sahabat nabi ini mendapatkan keimanan. Dia membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya demi mendapatkan keyakinan yang sejati sesuai nuraninya.
Salman rela meninggalkan keluarganya, menghabiskan waktu yang lama. Bukan saja waktu yang panjang, Salman pun harus menjalani hidup sebagai budak. Itu pun dia lakukan demi mendapatkan iman sejati yang menentramkan jiwanya. Sungguh sebuah pengorbanan yang luar biasa.
“Barangsiapa bersungguh-sungguh menempuh jalanku, pasti aku tunjukkan dia ke jalanku.” (QS. Al-‘Ankabut [29]:69).