Ada satu kisah luar biasa tentang seorang tua yang begitu mencintai Al-Quran, bahkan dalam kondisinya yang memprihatinkan sekalipun.
Suatu hari, terdapatlah seorang kakek tua yang hendak dioperasi karena sakit. Kata dokter, itulah tindakan paling yang baik untuk si kakek demi kesembuhannya.
Di luar dugaan, sang kakek menangis tersedu-sedu begitu mendalam hingga menyayat hati. Dokter pun menguatkan dan meyakinkan sang kakek agar tidak khawatir, karena atas izin Allah penyakitnya akan sembuh dan operasinya akan berjalan lancar disebabkan para dokter yang bertugas sudah berpengalaman dalam melakukan operasi, kecil kemungkinan akan gagal.
Sang kakek berkata, “Maaf, dok. Bukan itu yang membuat saya khawatir. Insya Allah, saya siap dan tidak takut dengan operasi ini. Saya menangis, karena saya sedih, akan banyak waktu terbuang saat operasi nanti. Sedangkan saya mempunyai kebiasaan bermuraja’ah, mengulang hafalan saya 12 juz setiap harinya. Saya khawatir, tidak dapat menyelesaikan hafalan saya hari ini. Oleh karena itulah saya menangis.”
Kakek itu kemudian bertanya, “Dok, berapa lama saya akan dioperasi?”
Sang dokter menjawab, “Insya Allah, hanya 4 jam, Kek.”
Sang kakek pun memohon, “Kalau begitu, berikan saya waktu di satu jam pertama untuk muraja’ah hafalan saya. Lalu setelahnya lakukanlah tindakan operasi.”
Dokter menyetujui dan mengabulkan permohonan sang kakek. Maka, pada satu jam pertama, dokter memberikan waktu kepada sang kakek untuk muraja’ah hafalannya di ruang operasi.
Setelah berjalan satu jam, dokter membius kakek tersebut dan dilakukanlah tindakan operasi. Operasi tersebut berjalan lancar dan tiada kendala yang menyertainya.
Akhirnya kakek tersebut siuman. Dokter pun berkata, “Kek, baru kali ini saya mengalami kejadian yang sungguh luar biasa ketika mengoperasi pasien! Setelah satu jam kakek melakukan muraja’ah, kami pun membius kakek. Saya yakin, dosis obat biusnya sudah tepat dan akan membuat kakek tidak sadarkan diri. Tapi, masya Allah! Sepanjang perjalanan operasi, kakek tak henti sedikit pun membaca Al-Quran, seolah obat bius yag kami suntikan tak ada pengaruhnya untuk kakek dan rasa sakit saat operasi seolah tak dirasakan.”
Masya Allah, luar biasa! Begitulah gambaran tentang kenikmatan dan kekhusyuan saat berinteraksi dengan Al-Quran. Meski dalam kondisi hampir meregang nyawa dan malaikat maut seakan akan menjemput, ia tetap konsisten dengan kebiasaannya. Dirinya merasa rugi jika harus meninggalkan kebiasaannya meski hanya sehari.
Kita pun besar kemungkinan mampu seperti sang kakek itu. Tinggal kitanya saja yang menguatkan tekad. Maka apapun kondisinya, tetaplah pada Al-Quran. Al-Quran akan mengantarkan kita menjadi insan yang berkualitas dan membawa keberkahan hidup.
Al-Quran juga akan menuntun kita mengatasi segala persoalan hidup, sehingga Allah memuliakan kita di hadapan makhluk Allah yang lain, hingga akhirnya membuat kita memperoleh pahala di sisi Allah.